Friday, January 2, 2009

Solusi Menghadapi Banjir

SOLUSI MENGHADAPI BENCANA BANJIR
(Oleh: Zulhelmi, SS. MA[1])

Muqaddimah
Diperkirakan sampai bulan Januari, hujan akan terus menguyur negeri ini. Pihak pemerintah pun telah mengeluarkan peringatan kepada setiap warga agar senantiasa dalam keadaan siap siaga dan berwaspada akan berbagai kemungkinan yang terjadi. Khusus di Aceh, beberapa kabupaten telah mengalami musibah banjir, sehingga telah banyak mengalami kerugian baik fisik mapun non fisik, bahkan menurut berita di media massa telah ada korban jiwa yang berjatuhan.
Berbicara masalah musibah banjir bukanlah perkara yang asing lagi bagi penghuni negeri ini. Hal ini wajar karena negeri kita yang tercinta ini sangat rawan dengan berbagai bencana alam, seperti banjir, gempa, tanah longsor, gunung meletus dan lain sebagainya. Khusus untuk musibah banjir, seperti nya para pemerintah sudah kewalahan menanganinya. Buktinya berapa kali sudah pucuk pimpinan negara ini bergonta ganti baik di tingkat pusat maupun daerah, namun belum ada yang berhasil menciptakan sebuah konsep secara sempurna dan berkesinambungan untuk mengatasi banjir. Namun demikian, kita tidak bisa seratus persen menyalahkan pemerintah, karena untuk keluar dari musibah ini diperlukan partisipasi masyarakat.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan beberapa tawaran konsep sebagai solusi kongkrit agar kita bisa mengatasi musibah banjir yang selalu datang di setiap tahun. Terlepas dari sebuah keyakinan kita bahwa banjir merupakan bencana alam yang sudah ditetapkan oleh sang Pencipta alam itu sendiri karena memang hujan diturunkan oleh Allah SWT, namun perkara ini tidak terlepas dari ulah tangan manusia juga. Dengan kata lain, bahwa manusia yang telah diciptakan oleh Allah SWT untuk mengengelola alam (khalifah fil ardhi) ini ternyata telah mengkhianati amanah mulia tersebut dengan cara membuat kerusakan di alam. Manusia telah mengeksploitasi alam beserta isinya secara membabi buta serta telah berperilaku tidak ramah dengan lingkungannya. Allah SWT telah berfirman dalam al-Quran yang artinya: Telah terjadi kerusakan di daratan dan lautan akibat ulah tangan manusia sehingga mereka merasakan akibatnya semoga mereka kembali ke jalan yang benar. (ar-Rum:41). Oleh karena itu, wajar saja alam akan murka diperlakukan sedemikian rupa sehingga bencana alam pun tidak dapat dielakkan lagi. Apabila kita ramah serta bersahabat dengan alam, maka alampun akan menjadi sahabat baik kita dan justru sebaliknya apabila kita tidak ramah dan bersahabat dengan alam maka alam pun akan murka pada kita.
Solusi Kongkrit
Setidaknya ada beberapa solusi kongkrit untuk meminimalisir – untuk tidak mengatakan menghilangkan - bencana banjir di negeri ini. Yang pertama adalah, membuang sampah pada tempatnya. Sudah menjadi kebiasaan buruk kita, siapa pun dia, apapun jabatannya, untuk membuang sampah bukan pada tempatnya. Kesadaran masyarakat kita terhadap pengelolaan sampah yang baik masih sangat minim sekali. Buktinya sebagaimana yang diberitakan oleh harian Serambi Indonesia bahwa salah satu penyebab terjadinya banjir di wilayah kabupaten Bireuen adalah karena tersumbatnya saluran air dengan sampah yang dibuang oleh masyarakat (Serambi Indonesia/2 Desember 2008). Resiko membuang sampah bukan pada tempatnya, seperti ke dalam sungai ataupun saluran air sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Karena sampah kalau tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi malapetaka besar dalam kehidupan kita.Sepintas lalu sampah menjadi hal yang sangat sepele di mata kita. Akan tetapi pada hakikatnya sampah adalah permasalahan besar yang sampai hari ini belum terurus dengan baik. Bukan saja banjir yang akan terjadi akibat membuang sampah sembarangan karena ia akan menyumbat aliran air yang mengalir, akan tetapi juga akan membuat pencemaran lingkungan dan juga hilangnya sanitasi lingkungan sehingga akan lahir dikemudian hari nantinya generasi-generasi yang tidak sehat dan berpenyakitan.
Oleh sebab itu, kesadaran masyarakat terhadap bahaya membuah sampah sembarangan perlu ditumbuhkan sejak usia dini. Biasakanlah anak kita sejak kecil untuk membuang sampah pada tempatnya. Kalau perlu kita usulkan kepada pihak legislative supaya Aceh mempunyai qanun sampah dan kita berlakukan denda atau sanksi bagi barang siapa saja yang membuang sampah sembarangan sebagaimana yang telah berlaku di negara-negara maju di dunia.
Kedua, membuat saluran air yang baik dan bersifat permanen. Selama ini saluran air yang ada sangat tidak mencukupi dan dibuat bersifat asal-asalan, sehingga ketika hujan turun fungsinya pun tidak maksimal. Hal ini bisa kita lihat di Banda Aceh sendiri sebagai ibu kota Aceh. Ketika hujan turun, maka kita akan melihat pemandangan air yang tergenang di badan jalan yang ketinggiannya bisa mencapai lutut.
Membangun saluran air yang sempurna dan bersifat permanen sangat penting bagi menghindari resiko banjir. Karena air yang turun dari langit tersebut sebenarnya perlu kita manage sedemikian rupa sehingga keberadaannya tidak menimbulkan masalah bagi manusia. Sebenarnya air hujan yang diturunkan oleh Allah SWT adalah menjadi rahmat bagi makhluk hidup di dunia ini, akan tetapi jikalau air rahmat tersebut tidak bisa diatur secara professional maka ia akan menjadi bencana dan malapetaka. Semoga kita tidak tergolong ke dalam golongan orang yang menggubah rahmat menjadi malapetaka. Dan salah satu cara mengelola air hujan adalah dengan membangun saluran air yang baik dan bisa tahan lama. Kalau kita lihat saluran yang ada sekarang banyak yang rusak karena dibangun asal jadi dan juga ketika musim kemarau tiba saluran tersebut dipenuhi dengan pasir atau tanah. Kemudian lagi saluran tersebut mesti bersifat sambung menyambung - tidak ada istilah saluran air yang buntu - dan akhirnya air hujan akan bermuara pada sungai ataupun saluran induk.
Ketiga, membuat bak air “raksasa”, yaitu sebuah tempat penampungan air yang berukuran super ultra besar di beberapa titik. Bak ini berfungsi sebagai tempat penampungan air hujan yang bersifat sementara (temporary) sebelum disalurkan ke tempat penyaluran biasanya. Karena ketika hujan turun secara terus menerus, maka saluran air yang biasa itu kadang tidak sanggup menerima limpahan air yang berjumlah sangat besar. Nah disinilah fungsi bak raksasa ini. Dengan kata lain, bahwa tidak selamanya pengeluaran lebih sedikit dari pada pemasukan, itu baik. Artinya dalam hal ini diperlukan pengeluran lebih banyak dari pemasukan. Karenanya air yang datang dalam jumlah yang cukup banyak, akan tetapi tidak mampu disalurkan secara seimbang, maka air tersebut akan meluap ke pemukiman pendudukan yang akan menyebabkan banjir.
Keempat, memelihara dan merawat hutan serta menanam pohon sebanyak mungkin. Hutan memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, selain sebagai penghalang pemanasan global (global warming) juga bermanfaat untuk menghalang air hujan jatuh secara langsung sekaligus ke daratan yang rendah yang akan menyebabkan musibah banjir. Akar pepohonan akan menyerap air sehingga daerah-daerah yang rendah tidak akan menerima kiriman air dalam jumlah yang sangat besar melainkan hanya sisa dari serapan pepohonan tadi saja. Selain itu, keberadaan hutan dan pepohonan juga akan mencegah dari musibah tanah longsor.
Oleh karena betapa pentingnya hutan dan pohon kayu, maka sudah sepatutnya program penghijauan dan pembasmian illegal logging yang dicanangkan oleh PEMDA Aceh, mendapat sokongan dari masyarakat luas. Alhamdulillah bapak Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, ternyata sangat serius dan komitmen dalam masalah ini. Bahkan baru-baru ini dia di undang ke forum pertemuan gubernur seluruh dunia untuk menyampaikan gagasan cemerlangnya green vision. Tentunya prestasi ini patut mendapat apresiasi dari masyarakat seluruh Aceh karena ini juga demi kepentingan kita bersama di masa yang akan datang.
Penutup
Sedikitnya dengan empat langkah tersebut di atas, insyallah bencana alam banjir akan bisa kita minimalisir kadarnya. Semoga saja di musim hujan pada kali yang lain kita bisa menjadikan air hujan sebagai air yang membawa rahmat dan berkah, bukan malah air yang membawa bencana. Tentunya ini semuanya tidak tergantung pada pemerintah saja, melainkan semua pihak turut ikut andil dalam mengatasi masalah ini. Wallahu a’lam bisshawab.


[1] . Penulis adalah alumni pasca sarjana di International Islamic University Malaysia (IIUM) Kuala Lumpur, Malaysia. Saat ini berdomilsili di Meunasah Tutong, Montasik, Aceh Besar. Email: zul_aceh@yahoo.com

No comments:

Post a Comment